Adelya & Abrar

Tak seorang pun pernah tahu ke mana arah takdir akan membawa dua jiwa yang bertemu. Hingga pada suatu senja waktu, di tahun 2014, di bangku kelas satu SMA, semesta mempertemukan mereka—Laode Abrar, siswa jurusan IPA yang tenang dan bersahaja, dan Adelya, siswi jurusan IPS yang lembut dan bercahaya. Dua dunia berbeda yang secara perlahan ditautkan oleh waktu.

Pada tanggal 15 Desember 2014, tepat di hari ulang tahun Adelya yang ke-16, Laode mengungkapkan isi hatinya. Sebuah pengakuan yang sederhana, namun sarat makna—langkah pertama menuju perjalanan panjang yang tak selalu mudah, tetapi selalu mereka jaga dengan rasa syukur.

Tiga tahun lamanya mereka tumbuh bersama dalam dekapan masa remaja, di bawah langit yang sama. Namun, selepas kelulusan, jalan hidup membawa mereka pada arah yang berbeda. Laode melangkah menuju bangku perkuliahan di sebuah perguruan tinggi negeri di Semarang, dan sejak saat itu, jarak menjadi ujian bagi cinta mereka.

Hari-hari pun berlalu dalam rindu yang tak selalu bisa disampaikan. Pertemuan hanya sesekali, satu atau dua kali dalam setahun. Namun, cinta itu tak pernah pudar—ia justru mengakar dalam kesabaran, dalam harap yang dipanjatkan diam-diam di setiap doa. Bahkan ketika masa kuliah telah usai, jarak masih setia menemani, kali ini karena panggilan tugas yang membawa Laode jauh dari kota.

Namun mereka percaya: cinta yang tumbuh dalam kesetiaan dan dipupuk oleh keyakinan, tak akan pernah tersesat.

Kini, setelah hampir sepuluh tahun saling menjaga, saling menanti dalam diam maupun doa, mereka tiba di satu titik terang: hari di mana penantian itu berpulang dalam satu ikatan suci—pernikahan.