Catherine & Beni

Pertemuan pertama kami terjadi di halaman paling awal kehidupan, saat kami duduk di bangku taman kanak-kanak.

Kami bertemu kembali di tengah dunia yang sunyi — tahun 2021, saat dunia belajar bernapas dalam diam kala jarak menjadi bahasa cinta yang tak terucap. Hubungan kami tumbuh pelan-pelan namun reda dalam sesaat. Seperti hujan yang mampir ke jendela, namun pergi sebelum sempat menyentuh lantai. Kami kembali jadi dua nama yang tak saling sapa.

Takdir ternyata bukan penghapus, melainkan penulis sabar yang menunggu jeda.

Saat langitku runtuh ketika orang yang sangat aku cintai pamit dalam senyap. Beni datang Bukan sebagai penyelamat, melainkan sebagai teman yang setia duduk di sampingku saat aku terlalu lelah untuk berdiri. Kami kembali dekat, bukan karena keadaan, tapi karena hati kami memang saling menemukan.

Beni datang bersama keluarganya membawa niat baik, dengan wajah tenang dan hati yang mantap. Ia melamarku… tidak dengan banyak janji, tapi dengan satu kalimat penuh makna:
“Aku ingin menjagamu seterusnya.”

Kami bukan dua hati yang kebetulan bersinggungan. Kami adalah dua ujung takdir, yang telah Tuhan tuntun untuk saling menemukan kembali yang diikat oleh benang merah yang tak pernah putus.

Setelah perjalanan panjang penuh doa dan penantian, kini kami siap melangkah bersama dalam ikatan kasih yang dijahit oleh waktu dan dipersatukan dalam sakramen perkawinan kudus.