Sahabat Farhan menyampaikan pesan dari ayah Zahra. Farhan menjawab: siap menikah jika ada calon yang sesuai. Hari itu pula, nama Zahra pertama kali dikenal Farhan.

Farhan dan Zahra bertukar CV. Ada kecocokan dalam visi-misi, interest, dan karakter. Ibu Farhan merekomendasikan untuk melanjutkan perkenalan.

Di Masjid Nabawi, Farhan melihat sosok Zahra pertama kali. Saat itulah hati mulai mantap melangkah.

Ayah Zahra berpulang secara tiba-tiba menghembuskan nafas terakhirnya sesaat setelah salat Isya pada bulan Ramadan di Masjid Sabilun Najah—tanpa tanda, tanpa pamit.

Padahal beliau berencana umrah di akhir Ramadan dan ingin bertemu Farhan. Rahimahullah rahmatan waasi’ah.

Usai salat tarawih, dua keluarga yang belum pernah bersua bertemu di restoran Al Romansiah, Madinah. Dalam hangatnya jamuan makan malam, berlangsung nazhor dengan penuh adab, tanya jawab dan diskusi seputar pernikahan dan masa depan.

Keluarga Farhan datang menyampaikan keseriusan meminang Zahra. Keluarga Zahra menyambut hangat dan tenang. Disepakati bahwa pernikahan direncanakan tahun 2026.

Setelah musyawarah dan istikharah, diputuskan pernikahan disegerakan. Allah bukakan banyak kemudahan, dan tanda-tanda kebaikan datang silih berganti.
Menikah tahun ini menjadi pilihan terbaik.

Hari pernikahan ini adalah awal janji suci di hadapan Allah. Ikrar untuk tumbuh bersama dalam kebaikan dan keimanan, bergandengan menuju surga-Nya.
Sebab cinta yang paling indah adalah yang menjadikan dunia sebagai jalan untuk mengekalkan cinta di akhirat.